Ultimate magazine theme for WordPress.

Perang Melawan Covid-19 Seperti MISI BUNUH DIRI | Para Relawan Indonesia

Catatan NR Daeng Untuk Para Relawan Indonesi Yang Bertugas Di RSDC Makassar

Seperti MISI BUNUH DIRI

Mungkin seperti itulah kenekatan teman-teman PRI dan organ kerelawanan lainnya saat memutuskan terdepan mengambil peran perjuangan dalam upaya mencegah penyebaran Covid-19.

Awalnya sih, sy tdk terlalu memikirkan resiko karena selalu berkeyakinan utuh bahwa Allah Ta’ala yg akan menjadi penolong bagi mereka yg tergerak hatinya kemudian bergerak untuk menolong sesamanya.

Setiap ada info tentang jas hujan, sprayer, masker, alkohol, hand sanitizer, dll yg harganya terjangkau, sy langsung katakan, eksekusi, beli, segera. Pertimbangannya, pertama sebelum langka. Kedua sebelum menjadi mahal.

Maka mulailah teman-teman bergerak dgn gerakan awal berbagi dan mendistribusikan hand sanitizer. Dan ini sy anggap gerakan yg sangat soft. Minim resiko terpapar.

Ritme agak mulai mengencang saat berkumpulnya ribuan jama’ah Tabligh di Pakkatto Kab. Gowa.. Nyaris setiap saat sy berkordinasi dgn ayahanda dr. Hisbullah Amin.. Beliau menyatakan “sy sudah menyanggupi PRI ambil peran ke teman-teman yg lain. Maka BPN PRI dan jajaran harus segera memikirkan dan melakukan langkah-langkah taktis utk bergerak assesment, kemudian mendistribusikan bala bantuan sekiranya keputusan akhir mereka yg berjumlah hampir 10 rb orang itu harus di Isolasi atau di karantina di tempat”.

Wuihh kebayang kan gimana rasanya tiba2 ada keputusan mendadak yg melibatkan begitu banyak org. Tentunya akan bagitu banyak problemetika di lapangan. Mulai dari sanitasi, kesehatan, makan minum, hingga langkah apa yg di lakukan sekiranya ada di antara ribuan jama’ah itu yg menjadi Carier Covid-19 seperti pertemuan mereka sebulan sebelumhya di Malaysia yg menjangkiti ±200 jama’ah.

Di tengah hiruk pikuk persiapan menurunkan tim PRI di Gowa, muncul kabar yg melegakan hati. Alhamdulillah, kegiatan di batalkan, dan mereka semua di pulangkan oleh pemprov Sulsel dan Pemkab Gowa. Keputusanyg tepat meski sangat beresiko. Begitulah simpulan kami saat itu. (Mengenai jama’ah yg berkumpul, di kemudian hari terbukti ada yg Positif di daerah masing2).

Ke esokan harinya, sy kembali mendapatkan telpon dr ayahanda dr. Hisbullah. Kali ini beliau datang dgn ide baru. Ide yg muncul dari kalang kabutnya penanganan persebaran Covid dan banyaknya rekan-rekan sejawat beliau yg di rumahkan karena berkategori ODP setelah menangani pasien Positif Corona (saat penanganan awal mereka tdk tau klo pasiennya terpapar Corona karena begitu panjangnya proses utk mengetahui positif tdknya seseorang).

Ide itu adalah mengkarantina para ODP dan PDP covid-19 di suatu tempat. Di gunung. Yg jauh dari hiruk pikuk manusia. Akhirnya dari semua tempat yg di list, terpilih Pesantren Alam Indonesia Buludua Barru.

“Pak Da, siapkan segala hal. Bila program ini jadi kita eksekusi di PAI, maka PAI akan segera sy kosongkan”. Begitu perintah beliau. Singkat, padat, jelas.

“Siap dok!” Jawab sy. Kemudian beliau menutup telepon.

Setelah telepon ditutup, sy pun memilih diam sejenak. Mulai berfikir.. Dan 1 diantara yg sy fikirkan adalah sanggupkah kita? Apakah ini tdk beresiko? Bagaimana jika ada relawan PRI yg terpapar, bagaimana sy bertanggung jawab kepada keluarga mereka. Isolasi ODP/PDP yg jauh dr perkotaan, jauh dari berbagai fasilitas adalah sesuatu yg sangat beresiko. Tp fikiran ini kemudian sy buang jauh-jauh. Saatnya bersiap dan maju ke gelanggang perjuangan.

Ke esokan harinya, ayahanda dr. Hisbullah kembali memberi kabar. Tp kabarnya berbeda. Bukan tentang isolasi karantina di PAI. Tapi di kota Makassar. Di salah satu rumah sakit yg di pinjamkan oleh ownwernya utk di jadikan rumah sakit darurat covid-19.

Setelah itu, beliau mengirimkan Video penjelasan dan untuk di buatkan narasi kemudian di viralkan bersama oleh seluruh member PRI.

Keputusannya, Besoknya RS Darurat Covid-19 Makassar di bersihkan oleh relawan PRI dan Wahdah Peduli. Saat bersih-bersih jelang malam, muncul insiden atau tepatnya ujian perjuangan. Perwakilan warga di sekitar rumah sakit datang menyampaikan protes bahwa mereka menolak di lingkungannya ada rumah sakit yg menjadi pusat isolasi pasien covid-19. Mereka mengetahui infonya dari medsos setelah konten yg kami sebar tentang persiapan rumah sakit darurat covid-19 menjadi viral.

Alhamdulillah, setelah negosiasi bbrp kali, akhirnya lahir win-win solution. RS Darurat tetap berjalan tp bukan sebagai tempat mengisolasi pasien covid-19. RS Darurat di fungsikan sebagai posko pemeriksaan screening ODP/PDP Covid-19 di Makassar. Alhamdulillah, juga segera turun persetujuan dari gugus tugas Covid-19 Pemprov SulSel utk beroperasinya rumah sakit darurat covid-19 Makassar yg di kelola oleh satgas Relawan Covid-19 bekerja sama dengan Rumah Sakit Umum Sayang Bunda (RS Darurat Covid-19 Makassar) dan Universitas Hasanuddin. Satgas Relawan Covid-19 Makassar pun kini di support oleh puluhan lembaga dan organ kerelawanan, kemanusiaan dan keummatan. Juga support dr berbagai kalandan dan masyarakat umum.

Alhamdulillah, RS Darurat Covid-19 yg di singkat RS DC Makassar kini sdh beroperasi hampir 2 pekan, ratusan pasien telah di Screening. Hasilnya tentu saja tak akan sy infokan secara terbuka. Ada Kode etik yg harus di jaga. Dan sy yg bukan org medis pun wajib taat pd kode etik itu. Hehehe…

Yg pasti, makin kesini, pasien yg datang semakin membawa resiko yg besar menulari para relawan yg bertugas. Mulai dari relawan dokter, perawat, dan seluruh relawan lainnya medis dan non medis. Karena makin kesini, pasien yg datang makin beragam dgn keluhan yg berciri covid-19 semakin banyak dan berkategori berat.

Ya, resiko berat bagi relawan yg bertugas di lapangan. Apalagi dgn senjata APD yg apa adanya.

Cerita ini blom akan berakhir. Karena perjuangan masih panjang. Yg pasti sy selalu duduk masygul berfikir. APAKAH INI BUKAN MISI BUNUH DIRI UNTUK RELAWAN. MEREKA BERPELUH KERINGAT. BERJIBAKU SIANG MALAM. SAMPAI MEREKA HARUS RELA TIDUR DI RUMAH SAKIT. KARENA MEREKA GAK BOLEH PULANG. MEREKA RELAWAN PEJUANG YG TERISOLASI DI RSDC.

catatan penting adalah MEREKA RELAWAN. TAK DI GAJI.

bila kegelisahan di hati sy memuncak. Sy berbicara kepada diri saya sendiri.. RELAWAN ITU PEJUANG YG SIAP SELALU BERFASTABIQUL KHAERAT. MEREKA DATANG, BERJUANG, BERGERAK, BUKAN UNTUK BUNUH DIRI, TAPI UNTUK MENOLONG SESAMANYA.

YA ALLAH.. LINDUNGILAH MEREKA SEMUANYA.. KARENA YG MEREKA HARAPKAN HANYA KERIDHAANMU SEMATA. DUNIA INI MENYILAUKAN BAGI MEREKA YG ENGKAU TAK RIDHAI. MAKA RIDHAILAH PERJUANGAN MEREKA YA ALLAHU RABBUL ALAMIN.

Catatan NR Daeng untuk seluruh relawan kemanusiaan dan keummatan di manapun berada. Tergerak jempol sy menuliskan catatan ini karena risau dgn semakin banyaknya Nakes yg bertumbangan dan wafat karena terpapar Covid-19. Per 4 April 2020, tercatat 22 Dokter yg telah meninggal dunia dan puluhan lainnya perawat. Semoga angka ini tak bertambah lagi..

Bukit Poi Popa, 5 April 2020.

– – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – –
Mari berdonasi untuk cegah Covid-19
Nomor Rekening : 7748800888
Bank Syariah Mandiri
An. Perkumpulan Para Rela Indonesia.
Hotline PRI : 082344880088 (konfirmasi)
– – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – –

Komentar
Loading...